, ,

WAWANCARA KHUSUS KH. Habib Syarief Muhammad Al-Adyrus Soal Politik: Nyawernya Tak Cukup Sekali

oleh -1194 Dilihat

Jadi, apa yang dikehendaki oleh pemilih ya itu betul-betul sesuai dengan hatinya, yang menjadi persoalan di balik itu semua kita sulit untuk memungkiri adanya permainan bersifat transaksional. Siapa yang punya duit dia bisa menebar uang, kemudian bisa membangun jaringan dengan janji-janji tertentu.

Transaksionalnya kepada partai atau pemilih?

Biasanya langsung kepada pemilih, tapi masih tetap ada ke partai, tapi saya kira persentasenya kecil.

Misalnya, yang beredar sekarang untuk DPR RI minimal Rp 5 M [miliar] atau Rp 10 M, dan nyawer itu bukan sekali, bertahap. Pertama, untuk memperkenalkan diri. Kedua, untuk mengikat.

Ketiga untuk yang biasa disebut serangan fajar atau dibom apakah itu menjelang subuh atau h-1. Jadi ini akan sangat menentukan adalah sejauh mana nurani pemilih.

Kalau memang pemilih betul-betul cerdas, memikirkan kelanjutan bangsa ini, mungkin yang terpilih orang-orang baik.

Masyarakat kita masih dalam tahap mobilisasi, belum sampai ke tingkat partisipasi. Itu salah satu faktor yang menjadi latar belakang.

Sejak awal PKB menghendaki pemilu menggunakan sistem proporsional terbuka. Apakah masih begitu?

Jadi, diskursus terbuka atau tertutup ini memang sudah hampir berjalan satu tahun, hampir bersamaan dengan mulai bergulirnya presiden untuk tiga periode.

 

Seiring dengan dinamika yang terus berkembang, partai-partai nampaknya sadar kalau kita kembali ke proporsional tertutup artinya set back, bukan hanya dalam pertimbangan masa depan demokrasi, tetapi juga dalam arti perkembangan demokrasi ini mulai menuju kedewasaan.

Amerika saja perlu ratusan tahun, kita kan anggaplah baru 98 reformasi, mulai betul-betul menerapkan demokrasi yang tentunya disesuaikan dengan budaya Indonesia.

Oleh karena itu, PKB sangat sadar apalagi di PKB itu primordialisme sulit untuk dihilangkan.

Jadi masyarakat akan memilih orang yang memang betul-betul sudah diketahuinya dan dari orang yang akan dipilihnya itu sementara ini masyarakat merasakan adanya semacam pengayoman.

Jadi, maaf kalau di PKB, misalnya, masih banyak unsur kiainya, masih banyak tokoh-tokoh yang memang sementara ini bergelut di pengabdian masyarakat dan sebagainya. Oleh karena itu sejak awal PKB tetap konsisten untuk bisa melakukan pilihan proporsional terbuka.

Sumber : Tribunjabar

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.