, , , ,

Menyikapi Musibah dalam Kehidupan

oleh -1410 Dilihat

Kehidupan manusia tidak lepas dari ujian. Ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan kekurangan buah-buahan. bahkan tanah longsor dan gempa bumi merupakan bentuk ujian dari Allah SWT (QS. Al-Baqarah : 155). Bukan hanya keburukan, ujian juga dapat berupa kebaikan/kenikmatan (QS. Al-Anbiya : 35). Bencana gempa bumi di Cianjur dan sekitarnya merupakan bentuk ujian dari Allah bagi hamba yang beriman. Manusia terkadang menganggap keburukan sebagai ujian padahal kenikmatan pun merupakan ujian.  Bagaimana cara mensikapi musibah tersebut untuk kemudian diterapkan ? Musibah hendaknya disikapi dengan cara yang benar akan menjadikan terjadinya musibah sebagai konteks mendapatkan keberkahan. Mulai dari ikhtiar menghindari musibah, berserah diri hingga menjadikannya sebuah pelajaran. Tatkala kita mampu menghadapi musibah sebagaimana petunjuk Al-Quran itu merupakan upaya membantu meringankan penderitaan karena musibah hakekatnya dari Allah SWT. Musibah gempa bumi di Cianjur merupakan ujian yang harus diterima, itu ujian dari Allah. Bagaimana sebaiknya disikapi agar memiliki hikmah, nilai dan pelajaran berharga.

 

  1. Sabar menerima musibah

Sabar menurut Imam Suyuthi dalam Tafsir al-Jalalain adalah menahan diri terhadap apa yang dibenci. Sabar merupakan sikap yang baik cara menghadapi musibah yang harus diterapkan. Sikap ini lah yang wajib dimiliki saat seseorang menghadapi musibah. Selain itu, disunnahkan ketika terjadi musibah mengucapkan kalimat istirja, “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Musibah dan bersabar sudah dijadikan satu ikatan yang harus diterapkan pada manusia. Meninggalkan sikap sabar dengan berputus asa atau berprasangka buruk tidak akan memberikan kebaikan di masa depan. Putus asa merupakan sifat berburuk sangka kepada Allah. Berprasangka buruk kepada manusia saja dilarang, apalagi kepada Allah.

 

  1. Selalu berikhtiar

Ikhtiar ialah tetap melakukan berbagai usaha untuk memperbaiki keadaan. Ikhtiar menjadi sebuah upaya lahiriah dalam mempraktikkan cara menghadapi musibah. Seorang muslim tidak boleh hanya diam saja, atau pasrah berpangku tangan menunggu bantuan datang. Beriman kepada ketentuan Allah tidak berarti kita hanya diam termenung meratapi nasib, tanpa berupaya mengubah apa yang ada pada diri kita. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS ar-Ra’du: 11).

 

Rasulullah SAW memberi petunjuk bahwa segala bahaya wajib untuk dihilangkan. Seperti ketiadaan logistik, robohnya masjid, rusaknya tempat tinggal, rusaknya sekolah, dan sebagainya. Nabi SAW bersabda, ”Tidak boleh menimbulkan bahaya bagi diri sendiri dan bagi orang lain.” (HR Ibnu Majah). Ikhtiar ini pun perlu didukung oleh pihak lain sebagai bentuk kepedulian (empaty). Orang mukmin itu bersaudara. Penderitaan seorang mukmin harus dirasakan oleh saudaranya maksudnya tumbuhnya rasa empaty.

 

  1. Perbanyak berdoa dan berzikir

Memperbanyak doa dan zikir bagi orang yang tertimpa musibah merupakan cara mensikapi musibah. Orang yang mau berdoa dan berzikir lebih mulia di sisi Allah. Rasululah SAW mengajarkan doa bagi orang yang tertimpa musibah, “Allahumma ajirnii fii mushiibatii wakhluf lii khairan minhaa.” (Ya Allah, berilah pahala dalam musibahku ini, dan berilah ganti bagiku yang lebih baik daripadanya.) (HR Muslim)

Berdzikir akan membuat hati yang sedang gelisah atau stress menjadi tentram. Zikir ibarat air es sejuk yang dapat mendinginkan tenggorokan pada saat cuaca panas terik di padang pasir. Allah SWT berfirman, “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS ar-Ra’du: 28). Inilah, mengapa doa dan zikir menjadi cara yang baik dalam menghadapi musibah. Dzikir yang dianjurkan misalnya bacaan istighfar,”Astaghfirullahal ‘azhiim”. “Barangsiapa yang senantiasa beristighfar, maka Allah akan memberinya jalan keluar bagi kesempitannya, akan membebaskannya dari kesedihan, dan akan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (HR. Abu Dawud).

 

  1. Mengetahui hikmah dibalik musibah

Mengetahui hikmah atau rahasia di balik musibah akan menjadi  ketangguhan mental yang sempurna bagi orang yang terkena musibah. Hikmah musibah di antaranya ialah diampuninya dosa-dosa. Sabda Rasulullah SAW, “Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah tertusuk duri atau lebih dari itu, kecuali Allah akan menghapus sebagian dosanya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Seorang Muslim yang wafat tertimpa bangunan atau tertimbun tanah longsor gempa bumi Cianjur misalnya, insya Allah tergolong mati syahid. Sabda Nabi SAW, “Orang-orang yang mati syahid itu ada lima golongan; orang yang terkena wabah penyakit tha’un, orang yang terkena penyakit perut (disentri, kolera, dsb), orang yang tenggelam, orang yang tertimpa tembok/bangunan/tanah longsor, dan orang yang mati syahid dalam perang di jalan Allah.” (HR Bukhari dan Muslim). Pada hadits lain, “Allah akan mengampuni dosa-dosa orang yang mati syahid, kecuali hutang.” (HR Muslim).

 

  1. Iman dan lapang dada pada ketentuan Allah

Musibah apapun seperti gempa bumi, tanah longsor dan sebagainya telah ditetapkan Allah SWT dalam Lauhil Mahfuzh. Karenanya menerima ketentuan Allah, termasuk musibah harus dengan lapang dada.  Kita wajib menerima taqdir Allah ini dengan rela, sesuai sabda Rasulullah SAW, “Sesungguhnya besarnya pahala itu seiring dengan besarnya cobaan. Sesungguhnya Allah jika mencintai satu kaum, maka Allah memberi cobaan kepada mereka. Maka barangsiapa yang ridha (terhadap cobaan itu), maka dia mendapat ridha Allah. Barangsiapa yang murka, maka dia mendapat murka Allah (HR. Turmudzi)

 

Menghadapi cobaan dengan cara beriman dan lapang dada merupakan upaya mendapatkan ridha Allah SWT. Semoga saudara kita yang tertimpa musibah gempa bumi dan tanah longsor di Cianjur mampu bersikap sabar, tetap ingat  dan berdzikir kapada Allah, tetap beriman dan ridha dengan ketetapan Allah. Amin

 

Oleh H. Lukman Hakim – Ketua Sosial Keagamaan Yayasan Assalaam

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.